SUPERNOVA
KSATRIA, PUTRI DAN
BINTANG JATUH
Diva memang merasa sakit sungguhan,
kepenatan tersebut adalah sakit yang baginya lebih nyata daripada terkena flu
atau cacar ari, kadang-kadang ia memang tak kuat menahan. Inilah saat dimana ia
ingin memasuki semua orang sekaligus
memeluk semua orang. Menyatakan kesedihannnya sekaligus cintanya yng mendalam.
“pak ahmad, kita
langsung kerumah ya.”
“ya , non”
Pak ahmad melirik
majikannya dari spion, wajah cantik itu terlihat agak muram, kemuraman yang
ganjil.
Sudah lebih dari
empat tahun lamanya ia bekerja pada diva, ia tidak melihat banyak hal,
majikannya hamper tidak pernah membawasiapapun ke dalam mobil ini, apalagi
kerumah setia kali di jalan, selain berbicara d telepon genggamnya, ia hanya
memandang keluar jendela, diam kadang menggigit bibir
Diva bukian jenis
orang ekstra hangat yang tak pernah lupa mengajak ngobrol atau melempar
guyonan, tapi ia tahu majikannya sngat peduli, diva tak pernah membelikanya
baju lebaran atau menyumbangkan hewan kurban, tapi diva menanggng biaya ketiga
adiknya, bahkan membayari mereka ikut berbagaimacam kursus.
Diva memang majikan
yang aneh, ia begitu peduli akan hal-hal yang menurutnya remeh, sangat pedili ,
bekerja untuknya bagi pak ahmad adalah berkah besar,
Diam-dia ia
memberanikan diri untuk melirik spion lagi, ternyata majikannya menangis.
Tangisan membisu, hanya saja air mata itu terlihat jelas membanjir, turun tanpa
henti dari kedua matanya. Tak ada isak, hanyak adana air mata , turun dan turun
terus.
Dada pak ahmd itu
sesak, tapi tak tahu harus berbuat apa selain terus menyetir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar