BELIAN ITU KINI TELAH HILANG
Dusun
kecil yang berada di badan gunung merapi begitu sangat tenang. Rumah berbentuk
joglo berbahan papan dan kayu, bangunan khas ala jawa, di depannya ayam berlalu
lalang mencari makan, siang itu aku mendatangi rumahnya ada stu janji yang
harus di penuhi dalam hati, selepas merapi tak jadi meletus kala itu.
Mereka datang dengan membawa
kepentingannya masing-masing, para bule hanya ingin mengetahui kehidupan si
mbah, sementara orang Indonesia meminta si mbah mendoakan merekan agar mereka
naik jabatan, posisi kerja yang enak di jauhkan dari konflik dengan atasannya,
di mudahkan jodohnya atau cepat dapat kerja.
Akupun tergugah dari lamunan yang
datang tiba-tiba setelah si mbah yang aku kagumi pun kini hanya meninggalkan
nama, keunikan dan kebaikannya, tersiar kabar di televise ketika merapi
meletus, diapun meninggal terenggut wedus gembel bersama warga kampong, saat
beberapa waktu berita merapi yang akan meletus, aku tak lekang mengikuti setiap
pemberitaan baik di televise, Koran maupun internet. Ke khawatiran akhirnya
terjawab si mbah meninggal dan ku yakin para pekerja berita pun memberikan
perhatian padanya, karena pada sore harinya,terlihat si mbah menutup wajah dan
tangannya dan enggan untuk di wawancarai, seperti sebuah pertanda bagi dirinya.
Sungguh
seorang ksatria yang meninggal di medan perang dengan tanpa rasa takut, itulah
perannya di dunia menjaga merapi merupakan pekerjaannya, lahir san
menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga kebaikan di terima di sisinya, ucapakan
dalam hati ku piker tidak hanya aku yang merasa kehilangan namun masyarakat
Indonesia merasa hal yang sama.
Engkaulau
berlian yang bersinar dan kini telah hilang, sebongkah batu yang sangat
berharga, karenanya orang disekitarmu merasakan keberadaanmu, bak embun yang
menyejukan di kala pagi dan setetes air dalam gersangnya alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar