Senin, 13 Mei 2013

berlian itu kini telah hilang



BELIAN ITU KINI TELAH HILANG


     
      Dusun kecil yang berada di badan gunung merapi begitu sangat tenang. Rumah berbentuk joglo berbahan papan dan kayu, bangunan khas ala jawa, di depannya ayam berlalu lalang mencari makan, siang itu aku mendatangi rumahnya ada stu janji yang harus di penuhi dalam hati, selepas merapi tak jadi meletus kala itu.
Mereka datang dengan membawa kepentingannya masing-masing, para bule hanya ingin mengetahui kehidupan si mbah, sementara orang Indonesia meminta si mbah mendoakan merekan agar mereka naik jabatan, posisi kerja yang enak di jauhkan dari konflik dengan atasannya, di mudahkan jodohnya atau cepat dapat kerja.
Akupun tergugah dari lamunan yang datang tiba-tiba setelah si mbah yang aku kagumi pun kini hanya meninggalkan nama, keunikan dan kebaikannya, tersiar kabar di televise ketika merapi meletus, diapun meninggal terenggut wedus gembel bersama warga kampong, saat beberapa waktu berita merapi yang akan meletus, aku tak lekang mengikuti setiap pemberitaan baik di televise, Koran maupun internet. Ke khawatiran akhirnya terjawab si mbah meninggal dan ku yakin para pekerja berita pun memberikan perhatian padanya, karena pada sore harinya,terlihat si mbah menutup wajah dan tangannya dan enggan untuk di wawancarai, seperti sebuah pertanda bagi dirinya.

      Sungguh seorang ksatria yang meninggal di medan perang dengan tanpa rasa takut, itulah perannya di dunia menjaga merapi merupakan pekerjaannya, lahir san menghembuskan nafas terakhirnya. Semoga kebaikan di terima di sisinya, ucapakan dalam hati ku piker tidak hanya aku yang merasa kehilangan namun masyarakat Indonesia merasa hal yang sama.
     
      Engkaulau berlian yang bersinar dan kini telah hilang, sebongkah batu yang sangat berharga, karenanya orang disekitarmu merasakan keberadaanmu, bak embun yang menyejukan di kala pagi dan setetes air dalam gersangnya alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar