Arti pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi
Lebih dikenal dengan organization development
(OD) .Pengertian pokok OD adalah perubahan yang terencana (planned
change).Perubahan , dalam bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi, terus
menerus terjadi dan mempunya pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat
kini. Organisasi beserta warganya, yang membentuk masyakat modern , mau tidak
mau harus beradaptasi terhadap arus perubahan ini. Perubahan perubahan yang
terjadi pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat katagori , yaitu
perkembangan teknologi, perkembangan produk, ledakan ilmu pengetahuan dan jasa
yang mengakibatkan makin singkatnya daur hidup produk,serta perubahan sosial
yang mempengaruhi perilaku, gaya hidup, nila nila dan harapan tiap orang.
Untuk dapat bertahan , organisasi harus mampu
mengarahkan warganya agar dapat beradaptasi dengan baik dan bahkan agar mampu
memanfaatkan dampak positif dari berbagai pembaruan tersebut dengan
pengembangan diri dan pengembangan organisasi. Proses mengarahkan warga
organisasi dalam mengembangkan diri menghadapi perubahan inilah yang dikenal
luas sebagai proses organization development (OD).
Karena menyangkut perubahan sikap,
persepsi,perilaku dan harapan semua anggota organisasi, OD di definisikan
sebagai upaya pimpinan yang terencana dalam meningkatkan efektivitas
organisasi, dengan menggunakan cara intervensi (oleh pihak ketiga) yang
didasarkan pada pendekatan perilaku manusia. Dengan kata lain penerapan OD
dalam organisasi dilakukan dengan bantuan konsultan ahli, sistemis ,harus
didukung oleh pimpinan serta luas aplikasinya.
Pengertian Pengembangan Organisasi
Pengembangan
Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas
keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu akan pertumbuhan dan
perkembangan dengan tujuan keorganisasian.
Alasan akan pentingnya pengembangan Organisasi :
-Perubahan adalah pertanda kehidupan
-Perubahan memberikan harapan
-Pengembangan merupakan tanggapan atas perubahan
Pengembangan
merupakan usaha untuk menyesuaikan dengan hal baru
Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, perkembangan dunia disibukkan oleh adanya
proses pencarian keadilan lebih lanjut. Salah seorang pemikir yang menelurkan
pemikiran mengenai pencarian keadilan adalah Karl Marx. Marx melahirkan sebuah
doktrin Marxisme yang ingin menciptakan suatu masyarakat tanpa kelas. Dasar
pemikirannya adalah untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih adil dimana
kelas-kelas yang sebelumnya diisi oleh pertentangan terutamanya antara kelas
borjuis dan kelas proletar bisa dihilangkan dengan menciptakan suatu kondisi
tanpa kelas. Pandangan inilah yang mengilhami banyak pemikir di kalangan
negara-negara Dunia Ketiga (Asia, Afrika, dan Amerika Latin) mengenai
kesenjangan yang mereka hadapi dengan negara-negara bekas penjajah mereka.
Untuk itu, walaupun tidak semua pemikir Dunia Ketiga setuju untuk mengilhami
pemikiran Marx, pemikir ini sebenarnya tetap menggunakan core dari pemikiran
Marx. Untuk lebih memperjelas pendalaman mereka terhadap bentuk-bentuk
ketidakadilan, mereka melihatnya dalam hubungan-hubungan langsung antarnegara
yang banyak terangkum dalam hubungan-hubungan di dalam organisasi
internasional. Ketergantungan merupakan salah satu bentuk yang dianggap oleh
banyak pemikir sebagai sumber dari ketidakadilan, dan oleh karenanya dalam
menganalisis hal ini, Yosh Tandon (1978:377) mengemukakan dua perspektif
berbeda dari negara-negara Dunia Ketiga mengenai pentingnya organisasi
internasional. Pertama, kaum revolutionaries, yaitu negara-negara yang
menganggap hubungan yang terjalin dalam organisasi internasional adalah bentuk
penjajahan murni, bentuk pengemukakan ketidakadilan yang nyata, sehingga mereka
cenderung untuk tidak terlibat langsung dalam organisasi internasional.
Dicontohkan dalam hal ini, Palestinian Liberation Organization (PLO) yang
ternyata malah menjadi tergantung kepada Liga Arab bagi sumber finansialnya
daripada untuk memandirikan mereka, dan inilah yang sering dikemukakan oleh
negara-negara revolutionaries seperti Cina dan Vietnam yang tidak ingin
terlibat dalam organisasi internasional sampai mereka menjadi negara kuat
terlebih dahulu. Kedua, kaum reformism yang memandang penggunaan organisasi
internasional justru akan mengurangi ketergantungan mereka, terutama terhadap
negara-negara maju. Munculnya pemikiran semacam pemikiran Marx di negara-negara
Dunia Ketiga juga tidak terlepas dari penelitian-penelitian mereka mengenai
dependencia dan developmentalist. Seperti yang kita ketahui bersama,
negara-negara Dunia Ketiga merupakan negara bekas jajahan yang dapat dikatakan
harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan sistem internasional saat
itu. Ketertinggalan menyebabkan negara-negara Dunia Ketiga amat membutuhkan
pembangunan dan kerjasama yang banyak dituangkan di organisasi internasional.
Padahal, sistem internasional yang ada pada saat itu banyak melahirkan
bentuk-bentuk penjajahan baru dengan lebih banyak mengorbankan negara-negara
Dunia Ketiga. Inilah yang kemudian menimbulkan pemikiran mencari bagaimana
bentuk kerjasama internasional yang lebih adil di dalam negara-negara Dunia Ketiga
itu sendiri.
Dalam
perkembangannya, dunia internasional ternyata membutuhkan lebih lanjut sosok
pemikiran mengenai kerjasama internasional yang mampu mengatasi persoalan yang
lebih rumit dan luas. Kita mungkin banyak menyadari bahwa kita ternyata hidup
di dunia yang satu, dunia yang sama. Permasalahan-permasalahan yang ada
bukanlah lagi merupakan permasalahan lokal, permasalahan negara itu saja.
Namun, permasalahan yang ada adalah permasalahan bersama, permasalahan global,
seperti Richard Sterling contohkan yaitu permasalahan nuklir, ledakan penduduk,
polusi udara, revolusi komunikasi, kemakmuran bersama, dan kemiskinan global.
Untuk itu pula, kita juga membutuhkan solusi global dan pada saat yang
bersamaan, munculah pandangan baru bernama Globalist.
Pandangan Globalis adalah memandang permasalahan yang ada dari sudut pandang
dunia. Pandangan ini, tidak seperti Fungsionalis ataupun Marxist, memandang
segala sesuatunya dari dunia, tempat dimana seluruh bagian dari sistem itu
bekerja. Penekanan lebih lanjutnya adalah tercermin dalam berbagai organisasi
internasional yang memperjuangkan paham ini, yaitu untuk mempertahankan
keberlangsungan dunia, termasuk di dalamnya makhluk hidup yang menghuninya
terutama manusia, dengan berbagai fungsi-fungsi bagiannya yang lebih luas dan
lebih efisien. Pemikir lainnya, John Burton mengatakan bahwa jika memasukkan
terminologi masyarakat dunia dalam hubungan internasional yang ada selama ini,
maka kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih luas, dimana di dalamnya akan
terdapat banyak solusi untuk permasalahan peradaban manusia yang tentunya juga
masih sangat relevan dengan kepentingan nasional masing-masing negara. Sterling
kemudian menyarankan untuk membentuk suatu institusi semacam organisasi
internasional yang dikemas dalam perspektif global yang nantinya akan banyak
memberikan jawaban-jawaban terhadap permasalahan global. Barbara Ward dan Rene
Dubos dalam bukunya Only One Earth: The Care and Maintenance of a Small Planet
pun juga mengatakan pentingnya pemecahan masalah bersama secara global yang
harus dilakukan segera karena permasalahan itu terlihat sangat kompleks dan
mengancam kedudukan kita sebagai umat manusia daripada hanya membahas masalah
dari aspek kedaulatan negara semata, dan akan lebih baik lagi jika justru pemerintah
dari masing-masing negara mendiskusikan permasalahan ini secara bersama,
mungkin melalui semacam organisasi internasional.
Seperti yang
dikemukakan di atas, ketidakadilan telah mengemuka di pergulatan dunia sejak
dahulu kala. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin banyak pemikir yang
memberikan solusi bagi penyelesaian masalah ketidakadilan tersebut. Pemikir
yang mulai menampakkan inti dari ketidakadilan tersebut mungkin saja dimulai
dari pemikiran seseorang bernama Karl Marx dengan langsung menyinggung
permasalahan antarkelas, bukan lagi antaraktor yang terlalu luas seperti antara
individu dan negara, walaupun Marx pernah mengakui bahwa pemikirannya bukanlah
berasal dari dirinya seorang. Dalam hubungan internasional, banyak sekali
dijumpai ketimpangan, dan dalam ekspresi lebih lanjut mengenai hubungan
internasional yang dituangkan dalam organisasi internasional, maka pemikiran
Marx juga masih relevan untuk digunakan. Marx adalah sosok yang ingin
menciptakan suatu kondisi tanpa kelas, sehingga pemikirannya juga dapat disebut
sebagai pemikiran Strukturalis karena kondisi tanpa kelas merupaka struktur
yang ingin diciptakan oleh Marx.
Samuel P.
Huntington dalam bukunya mengatakan bahwa Perang Dingin membawa tatanan dunia
internasional ke dalam tatanan yang lebih teratur dimana hanya terdapat dua
ideologi besar yang menguasai dunia pada saat itu. Pada saat itu, sisi pertama
diwakili Barat dengan ideologi liberal dan Soviet dengan ideologi komunisnya
dimana negara-negara yang menjadi center dari kedua ideologi tersebut dianggap
sebagai negara inti. Selain negara inti, terdapat pula negara-negara tepi yang
merupakan tarikan dari negara-negara inti tersebut. Sistem dualisme ini belum
begitu kentara memperlihatkan kesenjangan yang ada pada saat itu, walaupun
pasti tetap saja terdapat ketimpangan itu. Setelah Soviet ambruk, dan dengan
ambruknya Soviet yang membuktikan kerapuhan tatanan internasional pada saat itu
karena selain tidak adil juga tidak mampu memberikan kemakmuran, mulai
bermunculan negara-negara kuat baru dengan core-pheriperal-nya sendiri, maka
tatanan internasional dunia semakin menjadi lebih kompleks dan heterogen. Dapat
kita lihat sekarang, di dalam sebuah organisasi internasional terbesar,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), terjadi begitu hebat tarik-menarik
kepentingan antarnegara dan mungkin saja menyebabkan PBB mulai tidak dapat lagi
menjalankan perannya sebagai penjaga perdamaian. Dalam judul yang berbeda,
namun masih dalam satu buku ciptaannya, Huntington juga menyinggung adanya
universalism Barat yang berusaha untuk menyebarkan doktrin ajarannya, paling
tidak di dua peradaban besar lainnya, Islam dan Cina, seperti doktrin mengenai
pasar bebas, pemerintahan yang terbatas, menjunjung tinggi hak asasi manusia,
individualisme, peran hukum, dan pengejewantahan itu sema dalam institusi. Ini
bisa saja menyebabkan terjadinya crash peradaban yang akan semakin memperburuk
hubungan internasional dan mungkin akan menyebabkan terjadinya perang
selanjutnya yang dibahas dalam judul lainnya oleh Huntington dalam bukunya yang
sama.
Untuk sementara
kita meninggalkan pemikiran Huntington, dan melesat jauh menuju kekeadaan dunia
sekarang yang bergerak lebih cepat akibat adanya globalisasi. Dalam artikelnya,
Robert O. Koohare dan Joseph S. Nye, Jr. merumuskan bahwa para modernis berkata
perkembangan informasi akan mengubah dominasi negara dalam politik dunia sejak
jaman feodal ke aktor internasional lainnya seperti multinasional corporation
ataupun transnational social movements ataupun organisasi internasional
dikarenakan masyarakat suatu tempat menjadi lebih mudah dalam berintegrasi
dengan masyarakat di daerah lain dan cepat dalam mengetahui suatu informasi
sehingga dapat dikatakan kita sedang berada dalam suatu tempat dengan jarak
yang teramat dekat atau disebut global village. Hal ini akan memberikan dampak
dalam tatanan internasional dimana hubungan tidak lagi didominasi oleh aktor
negara saja dan mungkin saja akan membentuk suatu tatanan masyarakat global
yang menurut Chris Brown berarti suatu masyarakat yang memiliki common interest
dan common identity untuk menciptakan kesejahteraan bersama, solidaritas, dan
hubungan yang baik yang melingkupi semua umat manusia. Untuk itu semua,
dibutuhkan suatu wadah yang dapat digunakan secara bersama. Untuk yang satu ini,
kembali dalam pemikirannya Koogare dan Nye, terdapat suatu pemikiran
tradisionalis yang menganggap bahwa peran negara masih sangat dibutuhkan
walaupun peran aktor internasional lainnya memiliki peluang yang lebih besar
untuk menjadi wadah terbentuknya suatu masyarakat global karena ternyata negara
masih menjadi faktor pendorong penting. Dapat dilihat dalam perkembangan era
globalisasi sekarang, walaupun sebagai contoh, pengguna internet di seluruh
dunia mengalami peningkatan cukup tajam hingga mencapai sekitar satu milyar
orang pada tahun 2005, pengguna internet ternyata masih hanya mencapai
seperenam dari total seluruh penduduk dunia, terlebih lagi jika kita
menggunakan indikator globalisasi lainnya seperti pemakai telepon, dsb.
Salah satu organisasi internasional di kawasan yang cukup dekat dengan
Indonesia adalah Association of South East Asian Nations atau ASEAN. ASEAN
selama ini dikenal sebagai suatu organisasi yang dekat dengan penciptaan ide
nsuatu masyarakat global di kawasan. Untuk itu, melalui sebuah buku karangan
Rudolfo C. Severino,7 kita dapat melihat tujuan dari pembentukkan ASEAN untuk
memperkuat kerjasama regional di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya
yang dapat lebih memperkuat ketahanan nasional masing-masing negara anggota
sehungga akhirnya dapat memberikan dampak positif bagi ketahanan regional.
Ada beberapa pengertian mengenai
Pengembangan Organisasi, yaitu:
- Pengembangan Organisasi merupakan suatu
proses yang meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis
yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi
- Pengembangan Organisasi merupakan suatu
pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas
organisasi
- Pengembangan Organisasi lebih menekankan
pada sistem sebagai sasaran perubahan
- Pengembangan Organisasi meliputi
perubahan yang sengaja direncanakan
Pengembangan organisasi mengukur
prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan:
- Efisien dapat diukur dengan perbandingan
antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep Minimaks (Masukan
minimum dan keluaran maksimum)
- Efektifitas adalah suatu tingkat prestasi
organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang
telah ditetapkan dapat dicapai
- Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi
dari sifat dan mutu hubungan antara para individu dan organisasi yaitu
hubungan yang dinamis dan adaptabilitas
Teori dan praktik OD didasarkan pada beberapa
asumsi penting yakni :
Manusia sebagai individu, Dua asumsi penting
yang mendasari OD adalah bahwa manusia memiliki hasrat berkembang dan
kebanyakan orang tidak hanya berpotensi , dan berkeinginan untuk berkontribusi
sebanyak mungkin pada organisasi. OD bertujuan untuk menghilangkan faktor
faktor dalam organisasi yang menghambat perkembangan dan menghalangi orang
untuk berkontribusi demi tercapainya sasaran organisasi.
• Manusia sebagai anggota dan pemimpin
kelompok. Organisasi yang menerapkan OD harus berasumsi bahwa setiap orang
dapat diterima dan diakui perannya oleh kelompok kerjanya. Dalam organisasi
perlu ditumbuhkan keterbukaan agar para anggotanya dapat dengan leluasa
mengungkapkan perasaannya dan pikirannya. Dalam keterbukaan , orang akan
mendapatkan kepuasaan kerja yang lebih tinggi, sehingga dengan demikian
performansi kelompok akan lebih efektif.
• Manusi sebagai wadah organisasi. Hubungan
antar kelompok – kelompok dalam organisasi menentukan efektivitas masing masing
kelompok tersebut. Misalnya bila komunikasi antar-kelompok hanya terjadi pada
tingkat manajernya , koordinasi dan kerjasama akan kurang efektif daripada bila
segenap anggota kelompok terlibat dalam interaksi.
Sasaran OD
Atas dasar asumsi asumsi diatas, proses
pengembangan organisasi diterapkan dengan sasaran :
1. Hubungan yang lebih efektif antara
departemen , divisi dan kelompok kelompok kerja dalam organisasi
2. hubungan pribadi yang lebih efektif antara
manajer dan karyawan pada semaua jenjang organisasi
3. terhapusnya hambatan hambatan komunikasi
antara pribadi dan kelompok
4. berkembangnya iklim yang ditandai dengan
saling percaya, dan keterbukaan yang dapat memotivasi serta menantang anggota
organisasi untuk lebih berprestasi
Tahap tahap Penerapan OD
Dalam menerapkan OD , organisasi memerlukan
konsultan yang ahli dalam bidang perilaku dan pengembangan organisasi.
Konsultan tersebut bersifat sebagai agen pembaruan (agent of change), dan
fungsi utamanya adalah membantu warga organisasi menghadapi perubahan, melalui
teknik teknik OD yang sesuai dengan kebutuhan organisasi tersebut. Proses
penerapan OD dilakukan dalam empat tahap :
1. Tahap pengamatan sistem manajemen atau
tahap pengumpulan data. Dalam tahap ini konsultan mengamati sistem dan prosedur
yang berlaku di organisasi termasuk elemen elemen di dalamnya seperti struktur,
manusianya, peralatan, bahan bahan yang digunakan dan bahkan situasi
keuangannya. Data utama yang diperlukan adalah:
1. Fungsi utama tiap unit organisasi
2. Peran masing masing unit dalam mencapai
tujuan dan sasaran organisasi
3. Proses pengambilan keputusan serta
pelaksanaan tindakan dalam masing masing unit
4. Kekuatan dalam organisasi yang mempengaruhi
perilaku antar – kelompok dan antar individu dalam organisasi
2. Tahap diagnosis dan umpan balik. Dalam
tahap ini kualitas pengorganisasian serta kegiatan operasional masing masing
elemen dalam organisasi dianalisis dan dievaluasi . Ada beberapa kriteria yang
umum digunakan dalam mengevaluasi kualitas elemen elemen tersebut, diantaranya
:
1. Kemampuan beradaptasi, yaitu kemampuan
mengarahkan kegiatan dan tenaga dalam memecahkan masalah yang dihadapi
2. Tanggung jawab : kesesuaian antara tujuan
individu dan tujuan organisasi
3. Identitas : kejelasan misi dan peran masing
masing unit
4. Komunikasi ; kelancaran arus data dan
informasi antar-unit dalam organisasi
5. Integrasi ; hubungan baik dan efektif antar-pribadi
dan antar-kelompok, terutama dalam mengatasi konflik dan krisis
6. Pertumbuhan ; iklim yang sehat dan positif,
yang mengutamakan eksperimen dan pembaruan , serta yang selalu menganggap
pengembangan sebagai sasaran utama
3. Tahap pembaruan dalam organisasi. Dalam
tahap ini dirancang pengembangan organisasi dan dirumuskan strategi
memperkenalkan perubahan atau pembaruan. Strategi ini bertujuan meningkatkan
efektivitas organisasi dengan cara mengoreksi kekurangan serta kelemahan yang
dijumpai dalam proses diagnostik dan umpan balik. Mengingat bahwa setiap
perubahan yang diperkenalkan akan mempengaruhi seluruh sistem dalam organisasi,
bahkan mungkin akan mengubah sistem distribusi wewenang dan struktur
organisasi, rancangan strategi pembaruan harus didiskusikan secara matang dan
mendapat dukungan penuh pimpinan puncak.
4. Tahap implementasi pembaruan. Tahap akhir
dalam penerapan OD adalah pelaksanaan rencana pembaruan yang telah digariskan
dan disetujui. Dalam tahap ini konsultan bekerja secara penuh dengan staf
manajemen dan para penyelenggra. Kegiatan implementasi perubahan meliputi :
1. perubahan struktur
2. perubahan proses dan prosedur
3. penjabaran kembali secara jelas tujuan
serta sasaran organisasi
4. penjelasan tentang peranan dan misi masing-
masing unut dan anggota dalam organisasi
Teknik teknik OD
Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli,
dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bekerja secara
efektif, antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi. Beberapa teknik
yang sering digunakan berikut ini.
• Sensitivity training, merupakan teknik OD
yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini
sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang
masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih)
membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain,
serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
• Team Building, adalah pendekatan yang bertujuan
memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya
atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim
yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
• Survey feedback. Dalam teknik sruvey
feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur
persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya
kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta,
termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian
dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan
dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
• Transcational Analysis (TA). TA
berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara
menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang
wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi
yang buruk dan menyesatkan.
• Intergroup activities. Fokus dalam teknik
intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik
antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin
timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
• Proses Consultation. Dalam Process
consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan ,
gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan
koreksi.
• Grip OD. Pendekatan grip pada pengembangan
organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh
Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka
yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi
maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
• Third-party peacemaking. Dalam menerapkan
teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan
berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk
memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
Kesimpulan :
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Ada beberapa pengertian mengenai Pengambangan
Organisasi, yaitu ;
1. PO merupakan suatu proses yang meliputi
serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara
terus-menerus oleh suatu organisasi
2. PO merupakan suatu pendekatan situasional
atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi
3. PO lebih menekankan pada system sebagai
sasaran perubahan
4. PO meliputi perubahan yang sengaja
direncanakan
Pengembangan organisasi mengukur prestasi
suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan :
1. Efisien dapat diukur dengan perbandingan
antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep Minimaks (Masukan minimum
dan keluaran maksimum).
2. Efektifitas adalah suatu tingkat prestasi
organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai
3. Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi
dari sifat dan mutu hubungan antara para individu dan organisasi yaitu hubungan
yang dinamis dan adaptabilitas
Tujuan Pengembangan Organisasi ;
1. Menciptakan keharmonisan hubungan kejra
antara pimpinan dengan staf anggota organisasi
2. Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan
organisasi secara lebih terbuka
3. Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi
4. Merupakan semangat kerja para anggota
organisasi dan kemampuan mengendalikan diri
Sifat-sifat dasar PO :
1. PO merupakan suatu strategi terencana dalam
mewujudkan perubahan organisasional, perubahan yang dimaksud harus mempunyai
sasaran yang jelas dan didasarkan pada suatu diagnosis yang tepat mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh organisasi
2. PO harus berupa kolaborasi antara berbagai
pihak yang akan mengalami dampak perubahan yang akan terjadi, keterlibatan dan
partisipasi para anggota organisasi harus mendapat perhatian
3. Program PO menekankan cara-cara baru yang
diperlukan guna meningkatkan kinerja seluruh anggota organisasi
4. PO mengandung nilai-nilai humanistic dalam
arti bahwa dalam meningkatkan efektifitas organisasi, potensi manusia harus
menjadi bagian yang penting
5. PO menggunakan pendekatan kesisteman yang
berarti selalu memperhitungkan pentingnya inter relasi, interaksi dan inter
dependensi
6. PO menggunakan pendekatan ilmiah untuk
mencapai efektivitas organisasi
Nilai-nilai dalam PO :
1. Penghargaan akan orang lain
2. Percaya dan mendukung orang lain, sedangkan
individu sendiri harus mempunyai tanggung jawab
3. Pengamanan kekuasaan (mengurangi tekanan
pada wewenang)
4. Konfrontasi (masalah yang tidak
disembunyikan)
5. Partisipasi (melibatkan orang-orang yang
mempunyai potensi dalam proses pengembangan organisasi).
Proses Pengembangan Organisasi ;
1. Pengenalan masalah
2. Diagnosis Organisasional
3. Pengembangan strategi perubahan
4. Intervensi
5. Pengukuran dan Evaluasi
Sasaran pengembangan organisasi.
Proses pengembangan organisasi diterapkan
dengan sasaran :
1. Hubungan yang lebih efektif antara
departemen , divisi dan kelompok kelompok kerja dalam organisasi.
2. Hubungan pribadi yang lebih efektif antara
manajer dan karyawan pada semaua jenjang organisasi
3. Terhapusnya hambatan hambatan komunikasi
antara pribadi dan kelompok
4. Berkembangnya iklim yang ditandai dengan
saling percaya, dan keterbukaan yang dapat memotivasi serta menantang anggota
organisasi untuk lebih berprestasi.
1. Pengertian Pengembangan Organisasi (OD)
a. Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga
struktur organisasi sehingga organisasi itu adaptif dengan lingkungannya.
b. Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai
dan struktur) suatu organisasi.
2. Mengapa Pengembangan Organisasi
(OD) Perlu Dilakukan?
Dalam
kenyataannya organisasi seringkali terjadi stagnan yang disebabkan keengganan
manusia untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan dianggap bisa menyebabkan
dis equilibrium. Hal ini mengakibatkan patologi dalam organisasi sehingga perlu
dilakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi dan inovasi.
Sebab-sebab penolakan/ penentangan terhadap
perubahan adalah :
a. Security
Merasa tidak aman dengan kondisi baru yang belum diketahui sehingga perlu
penyesuaian.
b. Economic
(berkaitan dengan untung rugi)
Organisasi cenderung menolak perubahan karena tidak mau menanggung kerugian dengan
adanya perubahan.
c. Psikologis dan
budaya/kebiasaan
·
Persepsi
Persepsi yang salah bisa menjadi sumber terjadinya sikap menentang terhadap
perubahan.
·
Emosi
Emosi akan menimbulkan prasangka sehingga cenderung menolak perubahan.
·
Kultur
Berguna sebagai dasar dalam menilai hal-hal baru yang diterimanya.
v
Faktor –faktor
penyebab dilakukannya pengembangan organisasi adalah :
a) Kekuatan eksternal
Kompetisi yang semakin tajam antar organisasi.
b) Perkembangan IPTEK.
c) Perubahan lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial yang
membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan sumber diluar organisasi
untuk masa depan organisasi.
d) Kekuatan internal
Struktur, sistem dan prosedur, perlengkapan dan fasilitas, proses dan sasaran
bila tidak cocok akan membuat organisasi melakukan perbaikan. Perubahan
organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan kebutuhan yang ada.
Didalam OD terdapat pendekatan
integratif yaitu :
a. Adanya organisasi
dan manajemen yang terencana ke arah organisasi dan manajemen yang manusiawi.
b. Adanya
perkembangan konsepsi latihan kepekaan dan studi laboratorium. Pemikiran ini
didahului oleh Kurt Lewin mengenai Counter Group bergeser pda Incounter Group.
Hal ini dirasa tidak bisa membantu didalam prakteknya.
c. Pengembangan
potensi manusia.
Geseran didalam OD terjadai pada nilai, proses dan teknologi.
a.
Geseran /
perubahan nilai yang dibawa OD diantaranya adalah:
1. Penggunaan seluruh sumber-sumber yang tersedia.
2. Pengembangan potensi manusia.
3. Efektivitas dan kesehatan organisasi.
4. Pekerjaan yang menarik dan menantang.
5. Kesempatan untuk mempengaruhi lingkungan kerja.
6. Penerimaan terhadap kemanusiaan.
7. Nilai yang dicari untuk mengembangkan OD adalah nilai yang
dianggap tepat, benar dan baik dalam pengelolaan SDM.
b.
Geseran proses
meliputi:
1. Proses efektif
2. Proses manajemen
3. Proses pelaksanaan kerja
c.
Geseran teknologi
yang diutamakan adalah teknologi yang bisa menjawab kualifikasi posisi manusia.
3. Karakteristik
Pengembangan Organisasi
a) Keputusan penuh dengan pertimbangan.
b) Diterapkan pada semua sub sistem manusia baik individu, kelompok
dan organisasi.
c) Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang
mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi.
d) Kolaborasi.
e) Teori sebagai alat analisis.
4. Langkah-Langkah Pengembangan Organisasi
a. Penilaian
keadaan.
b. Pemecahan masalah.
c. Implementasi.
d. Evaluasi.
ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)
Action Research merupakan tindakan pemecahan masalah organisasi yang dilakukan
dengan berbasiskan data maupun model-model teori.
A. Tahap Penilaian Keadaan.
Didalam mengembangkan action research
pada pengembangan organisasi menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari 4
komponen (Karl Albrecht) yaitu:
1.Sistem sosial
a. Orang-orang yang menjadi anggota
organisasi.
b. Kekuatan formal dalam organisasi.
c. Nilai-nilai yang hidup dalam organisasi.
d. Norma-norma.
e. Sistem ganjaran.
f. Iklim sosial.
g. Jaringan komunikasi.
2.Sistem teknik
a. Orang-orang sebagai faktor
produksi.
b. Fasilitas-fasilitas yang dipakai dalam faktor produksi.
c. Sumber modal.
d. Bahan mentah.
e. Arus kegiatan/ kerja.
f. Metode dan prosedur kerja.
3.Sistem administrasi
a. Orang-orang yang melakukan
aktivitas pekerjaan.
b. Struktur organisasi.
c. Unit-unit yangada dalam organisasi.
d. Media yang digunakan dalam penyampaian informasi.
e. Arus informasi.
4.Sistem strategi
a. Kelompok manajemen puncak.
b. Hubungan hierarkhi.
c. Sistem perencanaan.
d. Petunjuk tertulis tentang prosedur kerja.
e. Sistem informasi manajemen.
Selain 4 komponen pendekatan system diatas, untuk mengadakan penilaian keadaan
dapat pula dengan mempertimbangkan gaya kepemimpinan dan pengembangan kelompok.
B.Tahap Pemecahan Masalah
1. Perumusan pemecahan masalah
a. Permasalahan
yang hendak dipecahkan dicari gejala permasalahannnya.
b. Apakah yang harus diubah untuk memecahkan permasalahan tersebut.
c. Sasaran apa yang diharapkan dari perubahan dan bagaimana sasaran itu diukur.
2. Peroleh data.
3. Analisa data.
C. Tahap Implementasi
Didalam tahap implementasi ini ada 3
pendekatan yang bisa dilakukan yaitu:
1. Share power (karyawan/ staf dan
pimpinan mempunyai posisi yang sama dalam pengambilan keputusan).
2. Delegated (seberapa jauh karyawan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan)
3. Unilateral (tidak melibatkan
karyawan)
Sedangkan Albrecht menitik beratkan
tahap implementasi pada model “gelandang eksekutif” yaitu yang melakukan
pengembangan dalam organisasi adalah pihak eksekutif (top manajer) dimana
setiap anggota top manajer harus memberikan perhatian dan tanggungjawab pada
pelaksanaan kerja. Tugas dari gelandang eksekutif itu sendiri adalah:
a. menyetujui agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan.
b. Meminta sumbangan pemikiran dari berbagai eksekutif.
D.Tahap Evaluasi
Tujuan :
1. Kesinambungan program.
2. Usaha membandingkan hasil dengan aktivitas yang dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
tahap evaluasi:
1. Peninjauan Program.
Artinya setiap kegiatan harus dikaitkan dengan keseluruhan program.
2. Menentukan fakta baru.
Artinya harus melihat kembali 4 komponen pendekatan sistem.
§
Sistem sosial
(menyangkut norma dan nilai yang tumbuh dalam organisasi)
§
Sistem teknik
(menyangkut perubahan dan mencari nilai positif dari perubahan).
§
Sistem
administrasi (berkaitan dengan informasi dari pimpinan ke staf/karyawan atau
sebaliknya apakah ada hambatan atau tidak).
§
Sistem strategi.
Keempatnya dikaitkan dengan meningkat atau menurunnya produktivitas sehingga
akan dapat diketahui berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.
3. Mementingkan yang positif.
4. Lebih memfokuskan pada hal-hal yang
sedang berlangsung.
5. Menciptakan penghargaan dan
keyakinan bahwa keadaan akan menjadi baik.
Sejarah perkembangan Organisasi
Sejarah Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan teori
organisasi. Teori Organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi
neoklasik, dan teori organisasi modern.
Berikut ini adalah sejarah singkat
mengenai evolusi OD yang berasal dari lima batang tubuh sebagai berikut:
- Latar Belakang Pelatihan Laboratium
Pelatihan Laboratium (Laboratory
Training/LT) adalah pergerakan pertama, pelopor, atau awal mula dari OD. LT
atau yang biasa dikenal sebagai Kelompok T adalah suatu kelompok kecil tak
terstruktur yang mana di dalamnya, partisipan belajar dari interaksi mereka
sendiri dan dari dinamika perubahan seperti isu tentang hubungan antarpersonal,
pertumbuhan personal, kepemimpinan, dan dinamika kelompok. LT ini dimulai pada
musim panas tahun 1946 ketika Kurt Lewin dan stafnya yang ada di Research
Center for Group Dynamics di Massachusetts Institut of Technology diminta oleh
Connecticut Interracial Commission dan Committee on Community Interrelation
dalam American Jewish Congress untuk membantu penelitian pada pelatihan
pemimpin masyarakat. Suatu workshop pun dikembangkan dan disana, pemimpin
masyarakat dibawa bersama-sama untuk mempelajari kepemimpinan dan mendiskusikan
masalah. Di tiap akhir harinya, para peneliti mendiskusikan secara privat apa
saja perilaku dan dinamika kelompok yang mereka amati. Mengetahui hal
itu, para pemimpin masyarakat pun meminta izin agar mereka diikutsertakan dalam
sesi umpan balik. Awalnya para peneliti enggan, namun akhirnya mereka
menyetujuinya. Dari sinilah, Kelompok T pertama kali terbentuk. Para peneliti
pun kemudian mengambil dua kesimpulan mengenai ekperimen Kelompok T pertama ini
sebagai berikut: (1) umpan balik tentang interaksi kelompok adalah pengalaman
belajar yang sangat berharga, dan (2) proses pembangunan kelompok mempunyai
potensi bagi pembelajaran yang dapat dipindah ke situasi “kembali-pulang”.
Sebagai hasil
pengalaman ini, Office of Naval Research dan National Education Associaion
memberikan dukungan dana untuk membentuk National Training Laboratories, dan
Gould Academy di Bethel, Maine dipilih sebagai tempat kerjanya.
Lalu, suatu fenomena baru muncul pada
tahun 1950. Sebuah percobaan dilakukan untuk mengadakan Kelompok T di pagi hari
dan Kelompok Keterampilan Kognitif atau yang biasa dikenal sebagai Kelompok A
di sore hari. Percobaan ini menjadi awal mula dari sebuah dekade ekperimen dan
frustasi pembelajaran, terutama dalam percobaan untuk memindah keterampilan
yang dipelajari dalam Kelompok T ke situasi “kembali-pulang”.
Pada tahun 1950, muncul 3
gejala sebagai berikut:
- Munculnya laboratorium
regional.
- Ekspansi dari sesi
program musim panas menjadi sesi tahunan.
- Ekspansi kelompok T ke
dalam bidang bisnis dan industri. Tokoh pelopor dari upaya ini adalah
Douglas McGregor di Union Carbridge, Herbert Shepard dan Robert Blake di
Esso Standard Oil, dan McGregor dan Richard Beckhard di General Mills.
Penggunaan metode Kelompok T pada ketiga perusahaan inilah yang kemudian
melahirkan istilah OD.
Penggunaan teknik Kelompok T pada
organisasi-organisasi kemudian dikenal sebagai pembangunan tim (team
building), yaitu suatu proses pembantuan kelompok kerja untuk menjadi lebih
efektif dalam menyelesaikan tugas dan memuaskan kebutuhan anggota.
- Latar Belakang Penelitian Tindakan dan
Umpan Balik Survei
Kurt Lewin ternyata juga terlibat
dalam Penelitian Tindakan dan Umpan Balik Survei (Action Research and Survey
Feedback/ARASF), yaitu pergerakan kedua yang memunculkan OD sebagai bidang
praktis ilmu pengetahuan sosial. Kontribusi penelitian tindakan sendiri dimulai
pada tahun 1940 dengan studi yang dipimpin oleh ahli ilmu sosial John Collier,
Kurt Lewin, dan William Whyte. Mereka menemukan bahwa suatu penelitian butuh
untuk dihubungkan lebih dekat dengan tindakan jika anggota organisasi ingin
menggunakannya untuk memanajemen perubahan. Suatu upaya kolaboratif
diinisiasikan antara ahli sosial dengan anggota organisasi untuk mengumpulkan
data penelitian tentang fungsi organisasi, untuk menganalisis penyebab
permasalahannya, lalu untuk merencanakan dan melaksanakan solusinya. Setelah
pelaksanaan, data tersebut dikumpulkan untuk dinilai hasilnya. Upaya tersebut
terus dilakukan dalam suatu siklus yang berkelanjutan. Lalu, hasil dari
penelitian tindakan tersebut adalah sebagai berikut: (a) anggota organisasi
mampu mengadakan penelitian pada dirinya sendiri untuk mengendalikan tindakan
dan perubahan, dan (b) ahli ilmu sosial mampu mempelajari bahwa proses untuk
mendapatkan pengetahuan baru dapat diadakan dimana saja. Adapun, komponen utama
dari studi penelitian tindakan adalah data survei adalah umpan balik kepada
klien yang harus dikumpulkan secara sistematis.
Pada tahun 1948, Rensis Likert dan
Floyd Mann memimpin suatu survei perusahaan besar tentang manajemen dan sikap
tenaga kerja di Detroit Edison, yang mana hasilnya adalah sebagai berikut: (a)
sudut pandang 8000 tenaga kerja yang tak terawasi tentang supervisor mereka,
peluang promosi jabatan, dan kepuasan kerja dengan rekannya, (b) kesamaan
reaksi dari lini pertama dan kedua supervisor, dan (c) informasi dari manajer
yang lebih tinggi.
Lalu, proses umpan balik yang
dikembangkan adalah pertemuan berantai (interlocking chain of conferences).
Penemuan survei dilaporkan terlebih dahulu kepada manajer tertinggi, baru
setelah itu disebarluaskan ke seluruh organisasi. Sesi umpan balik dibawa ke
kelompok kerja, yang mana data tersebut kemudian didiskusikan oleh supervisor
dan bawahannya secara bersama-sama.
Studi ketiga mengindikasikan bahwa
perubahan yang lebih signifikan dan positif, seperti kepuasan kerja, terjadi
pada departemen yang menerima umpan balik. Dari penemuan tersebut, Likert dan
Mann memperoleh beberapa kesimpulan tentang efek umpan balik survei pada
perubahan organisasi. Hal ini kemudian membawa adanya keanekaragaman metode
umpan balik survei yang dapat digunakan.
- Latar Belakang Manajemen Partisipasif
Kelanjutan dari LT dan ARASF adalah
adanya keyakinan bahwa hubungan manusia merupakan suatu jalan terbaik untuk
memanajemen organisasi. Adapun, terdapat 4 tipe sistem manajemen dalam
organisasi sebagai berikut:
-
Sistem 1 – Sistem Kekuasaan Eksploitatif.
Sistem ini menampilkan adanya
otokrasi, kepemimpinan secara top-down. Motivasi pekerja didasarkan pada adanya
hadiah dan sanksi. Komunikasi sangat rendah dan hanya terdapat sedikit
interaksi atau kerjasama kelompok secara vertikal. Pengambilan keputusan dan
pengawasan berada pada tingkat atas organisasi. Sistem 1 menghasilkan
performansi yang cukup atau sedang.
- Sistem 2 – Sistem
Kekuasaan Bijak. Sistem ini hampir sama dengan sistem 1, namun manajernya
yang lebih paternalistik/kebapak-bapakan. Pekerja lebih diperbolehkan
untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan berkeputusan, asalkan tetap dalam
batasan yang ditentukan oleh manajer.
- Sistem 3 – Sistem
Konsultatif. Sistem ini lebih menambah interaksi, komunikasi, dan pengambilan
keputusan bagi pekerja. Meskipun pekerja boleh berkonsultasi tentang
masalah dan keputusannya, namun manajer tetap menjadi pemegang dan
pengambil keputusan akhir. Dalam sistem ini, produktivitas organisasi baik
dan pekerja pun cukup puas.
- Sistem 4 – Sistem
Kelompok Partisipasif. Sistem ini adalah kebalikan dari sistem 1. Didesain
sedemikian rupa dalam metode kelompok untuk mengambil keputusan dan
melakukan pengawasan. Sistem ini membantu menaikkan derajat dan persentase
dari keterlibatan dan partisipasi anggota organisasi. Kelompok kerja
terlibat penuh dalam penetapan tujuan, pengambilan keputusan, perbaikan
metode, dan penilaian hasil. Komunikasi terjadi secara vertikal dan
horisontal, dan keputusan terhubung ke seluruh organisasi melalui keanggotaan
kelompok. Dalam sistem ini, produktivitas, kualitas, dan kepuasaan anggota
sangat tinggi.
Dan dari keempat sistem tersebut,
Likert menggunakan sistem ke 4. Intervensi dimulai dengan pengisian Profil
Karakteristik Organisasi oleh anggota organisasi. Survei tersebut menanyakan
pendapat anggota tentang kondisi yang ada sekarang dan kondisi yang ideal
tentang 6 fitur organisasi, yaitu kepemimpinan, motivasi, komunikasi,
keputusan, tujuan, dan pengawasan. Setelah itu, data diumpan balikkan kepada
kelompok kerja yang berbeda dalam organisasi.
- Latar Belakang Produkitivitas dan
Kualitas Kehidupan Kerja
Kontribusi latar belakang
Produktivitas dan Kualitas Kehidupan Kerja (Productivity and
Quality-of-Work-Life/QWL) dapat dideskripsikan dalam 2 tahap. Tahap pertama
dideskripisikan melalui proyek asli yang dikembangkan di eropa pada tahun 1950
dan kemunculannya di Amerika Serikat pada tahun 1960. Program QWL ini adalah
program yang melibatkan partisipasi serikat dan manajer dalam mendesain kerja.
Dan, sebagai hasilnya adalah desain kerja yang memberikan para pekerja
kebijaksanaan, variasi kerja, dan umpan balik tentang hasil yang tinggi.
Adapun, karakteristik dari program QWL adalah pengembangan kelompok kerja
manajemen mandiri sebagai bentuk baru desain kerja. Kelompok kerja manajemen
mandiri ini terdiri dari para pekerja dengan berbagai keterampilan, yang mana
diberikan otonomi dan informasi yang sangat penting untuk mendesain dan
memanajemen performansi tugas mereka sendiri.
Lalu, ketika program ini masuk ke Amerika,
beranekaragam konsep dan teknik diadopsi, sehingga akhirnya terdapat 2 definisi
mengenai QWL pada awal perkembangannya. QWL pertama kali didefinisikan dengan
istilah reaksi orang untuk bekerja, yang mana keluaran individualnya
berhubungan dengan kepuasan kerja dan kesehatan mental. Dengan definisi ini,
QWL memusatkan perhatiannya pada konsekuensi personal dalam pengalaman kerja
dan pada cara perbaikan kerja untuk memuaskan kebutuhan personal. Sedangkan,
definisi kedua QWL adalah pendekatan atau metode atau teknik untuk memperbaiki
kerja.
Adapun, tahap kedua kontribusi QWL
muncul pada tahun 1979, selang 9 tahun dari berakhirnya tahap pertama
kontribusi QWL, yaitu tahun 1970. Faktor utama penyebabnya adalah pertumbuhan
persaingan internasional yang dihadapi Amerika Serikat di pasar baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Dan, salah satu bentuk persaingan dari luar
negeri adalah adanya barang asing yang menawarkan kualitas tinggi dengan harga
yang relatif rendah.
Alhasil, program
QWL pun melebarluaskan fokusnya pada desain kerja dengan memasukkan fitur lain
dari tempat kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas dan kepuasan pekerja,
seperti sistem hadiah, aliran kerja, gaya kepemimpinan, dan lingkungan fisik
kerja.
Pada satu poin, produktivitas dan QWL
menjadi sangat populer, sehingga kemudian dikenal sebagai suatu pergerakan
ideologis. QWL pun menjadi semakin dikenal dalam penyebaran lingkaran kualitas
(qualities circle) ke dalam banyak perusahaan. Lingkaran kualitas adalah
suatu kelompok yang di dalamnya memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai
metode pemecahan masalah agar dapat memecahkan masalah lingkungan kerja,
produktivitas, pengendalian kualitas, dan dapat mengembangkan cara kerja yang
lebih efisien.
Pada masa kini, aktivitas QWL berkembang
lebih lanjut di bawah nama Keterlibatan Pekerja (Employee Involvement/IE).
IE signifikan dengan tumbuhnya perhatian mengenai bagaimana pekerja dapat lebih
berkontribusi untuk menjalankan organisasi agar lebih fleksibel, produktif, dan
kompetitif. Dan seiring perkembangan waktu, istilah IE pun mengganti istilah
Pemberdayaan Pekerja (Employee Empowerment/EE) karena istilah EE terlalu
terbatas perhatiannya pada aspek kekuatan saja. Selain itu, dengan istilah EE,
para praktisi bisa saja melupakan elemen-elemen yang sangat dibutuhkan untuk
mencapai kesuksesan, seperti informasi, keterampilan, dan hadiah.
Akhirnya, produktivitas dan QWL
memperoleh momentum baru melalui kekuatan penggabungan dengan pergerakan mutu
terpadu yang disarankan oleh Edwards Deming dan Joseph Juran. Dalam pendekatan
ini, organisasi terlihat sebagai sebuah kumpulan proses yang dapat dihubungkan
dengan kualitas produk dan layanan, yang dapat dimodelkan dengan teknik
statistik, yang dapat diperbaiki secara berkelanjutan.
- Latar Belakang Perubahan Strategis
Latar belakang Perubahan Strategis (Strategic
Change/SC) adalah pengaruh terbaru dari evolusi OD. Sebagaimana organisasi
dan lingkungan teknologi, politik, dan sosialnya menjadi bertambah kompleks dan
tidak pasti, skala dan kerumitan perubahan organisasi pun juga turut bertambah.
Gejala ini akhirnya memunculkan adanya kebutuhan akan perspektif stategis dari
OD dan menyarankan adanya proses perubahan terencana pada tingkat organisasi.
SC meliputi perbaikan jajaran antara
lingkungan organisasi, strategi, dan desain organisasi. Intervensi SC meliputi
upaya perbaikan hubungan organisasi dengan lingkungannya dengan penyesuain
terhadap sistem teknik, politik, dan budayanya. Kebutuhan akan SC biasanya
didorong oleh adanya gangguan besar pada organisasi, seperti syarat pengaturan,
terobosan teknologi, ataupun datangnya eksekutif baru dari luar organisasi.
Penggunaan SC untuk yang pertama
kalinya adalah pada sistem perencanaan terbuka Richard Beckhard. Dia
mengemukakan bahwa lingkungan organisasi dan strateginya dapat dideskripsikan
dan dianalis. Berdasarkan pada misi inti organisasi, perbedaan antara apa yang
organisasi minta dengan bagaimana organisasi merespon dapat dikurangi. Selain
itu, performansi perusahaan juga dapat diperbaiki. Sejak saat itu, agen-agen
perubahan pun mengusulkan beraneka ragam model SC yang mana tiap-tiapnya
mengakui bahwa SC melibatkan tingkatan terkecil dari organisasi dan suatu
perubahan dalam kebudayaannya, yang mana seringkali dijalankan oleh
atasan melalui eksekutif yang kuat dan mempunyai pengaruh yang penting bagi
performansi.
v
Sejarah
Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan teori organisasi. Teori
Organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan
teori organisasi modern.
Teori Organisasi Klasik
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga teori tradisional
yang berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800( abad 18).
Dalam teori ini, organisasi secar umum digambarkan oleh para teoritisi klasik
sebagai organisasi yang sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya
terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku dan
tidak mengandung kreatifitas. Dalam teori ini organisasi didefinisikan sebagai
struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan,
kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain bila orang-orang bekerja
sama.
Teori Klasik berkembang dalam 3 aliran yaitu: teori birokrasi, teori
administrasi, dan manajemen ilmiah.
I. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber
dalam bukunya “The Protestant Ethic dan Spirit of Capitalism”.
Karakteristik-karakteristik birokrasi menurut Max Weber:
1. Pembagian Kerja yang jelas.
2. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
3. Program rasional dalam mencapai tujuan organisasi
4. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja
5. Sistem aturan yang mencakup Hak dan Kewajiban posisi para pemegang jabatan
6. Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal.
II. Teori Administrasi
Teori ini sebagian besar dikembangkan
atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan
Reiley dari Amerika.
Henri Fayol mengemukakan dan mambahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar
perkembangan teori ini yaitu:
- Pembagian Kerja / Division of Work
- Wewenang dan Tanggung jawab
- Disiplin
- Kesatuan perintah
- Kesatuan pengarahan
- Mendahulukan kepentingan umum dari pada pribadi
- Balas jasa
- Sentralisasi
- Rantai scalar
- Aturan
- Keadilan
- Kelanggengan personalia
- Inisiatif
- Semangat korps
III. Manajemen Ilmiah
Manajemen Ilmiah dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor tahun 1900. Ada
beberapa pendapat tentang manajemen ilmiah, salah satunya adalah mengatakan
manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan
pemecahan masalah-masalah organisasi.
Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam
organisasi perusahaan, yaitu:
a) Menggantikan metoda-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai
metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah
dan benar.
b) Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengembangan para karyawan
secara ilmiah.
c) Pengembangan ilmu kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan
secara ilmiah harus diintegrasikan.
d) Untuk mecapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan
semangat dan mental para karyawan.
Teori organisasi klasik sepenuhnya
hanya menguraikan anatomi organisasi formal. Dalam organisasi formal ada empat
unsure pokok yang selalu muncul, yaitu:
System Kegiatan yang terkoordinasi\
Kelompok orang\
Kerjasama\
Kekuasaan dan kepemimpinan\
Menurut para pengikut aliran teori klasik, adanya suatu organisasi formal
sangat tergantung pada empat kondisi pokok, yaitu:
§
Kekuasaan
§
Saling melayani
§
Doktrin
§
Disiplin
Teori Organisasi
Neoklasik
Teori Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran hubungan
manusiawi(The Human Relation Movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar
teori klasik. Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan
social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya.
Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang
dilakukan di Howthorne dan dari tulisan Huga Munsterberg.
Percobaan-percobaan ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan
perkembangan teori hubungan manusiawi dan merupakan kristalisasi teori
neoklasik. Pada akhirnya percobaan Howthorne menunjukkan bagaimana kegiatan
kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.
Dalam hal pembagian kerja, teori neoklasik mengemukakan perlunya hal-hal
sebagai berikut:
-Partisipan
-Perluasan kerja
-Manajemen bottom-up
Teori Organisasi Modern
Teori modern biasanya disebut juga sebagai analisa sistem pada
organisasi. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu
kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa
organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang
stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka.
sumber:
http://kamaria-akis.blogspot.com/2012/04/18-sejarah-pengembangan-organisasi.html
http://fia-s1unipdu.blogspot.com
http://hasbulloh.multiply.com
http://basuki1.ganeca.net/index.php
htt[://google.com//sejarah perkembangan organisasi
Karakteristik Pengembangan
Organisasi
Karakteristik
organisasi adalah perilaku dan tingkah laku suatu badan/institusi terhadap
kondisi yang ada diluar institusi itu maupun didalam institusi itu sendiri,
artinya dalam dunia bisnisnya selalu fokus kepada pelanggannya yang bukan hanya
dari luar perusahaan itu tapi juga orang-orang di dalam perusahaan yang
merupakan aset perusahaan itu sendiri. (Maksudnya Masih jarang sebuah institusi
itu menganggap karyawannya berpotensi untuk jadi aset dan akhirnya kurang
mendapat perhatian dari perusahan itu sendiri), jadi semua mengarah kepada mutu
yg ditentukan oleh 2 hal seperti yg tertulis sebelumnya.
Karakteristik Organisasi yang efektif
adalah :
- Concern terhadap SDM dan memperlakukan SDM sebagai Aset yang berharga
- Program Training dan Pengembangan terbuka seluas-luasnya
- Program kompensasi terlaksana dengan baik
- Tingkat perputaran SDM rendah
- Top manajemen mempunyai komitmen dan mendukung terhadap perkembangan SDM
- Semua Team turut berpartisipasi dalam membuat kebijakan organisasi
Secara umum karakteristik pengembangan organisasi :
a) Keputusan yang penuh pertimbangan maksudnya adalah suatu hasil
yang diperoleh berdasarkan strategi yang telah direncanakan dalam rangka
mewujudkan perubahan organisasional yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
b) Diterapkan pada semua sub-sistem manusia baik individu, kelompok,
dan organisasi maksudnya adalah menerapkan cara-cara baru yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam
organisasi.
c) Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang
mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi maksudnya adalah menerima
segala bentuk campur tangan misalnya dalam bentuk pendapat, baik dari anggota
yang termasuk dalam sebuah organisasi atau berbagai pihak dari luar organisasi.
d) Kolaborasi maksudnya adalah kerjasama antara berbagai pihak yang
akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
e) Teori sebagai alat analisis maksudnya adalah menggunakan
pengertian yang disebutkan secara tertulis lalu diterapkan sebagai alat
analisis untuk mendapatkan suatu hasil yang memuaskan dari suatu pengembangan
organisasi. Mengutamakan potensi manusia maksudnya adalah mengandung nilai
humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
f) Interaksi dan Interpendensi maksudnya adalah menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
g) Pendekatan Ilmiah maksudnya adalah menggunakan pendekatan ilmiah
dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Ciri-Ciri Pengembangan Organisasi
Kenneth N. Wexley, Ph.D. dan Gary A.
Yukl, Ph.D. dalam buku mereka yang berjudul Organizational Behaviour and
Personnel Psychology mengemukakan 13 ciri umum pengembangan organisasi
sebagai berikut:
- Pengembangan organisasi mengandung suatu
sistem organisasi total.
- Pengembangan organisasi memandang
organisasi dari sudut ancangan atau pendekatan sistem.
- Pengembangan organisasi dibantu oleh
manajemen puncak.
- Sering digunakan pelayanan seorang
perantara perubahan pihak ketiga.
- Pengembangan organisasi merupakan suatu
usaha terencana.
- Pengembangan organisasi dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan dan kesehatan organisasi.
- Pengembangan organisasi menggunakan pengetahuan
ilmu perilaku.
- Pengembangan organisasi merupakan suatu
proses jangka panjang.
- Pengembangan organisasi merupakan suatu
proses yang terus-menerus, tanpa berhenti.
- Pengembangan organisasi terutama
memusatkan pada pengetahuan sikap, perilaku, dan hasil kerja kelompok atau
tim organisasi.
- Pengembangan organisasi terutama
memusatkan pada pengalaman seperti bertentangan dengan pengetahuan
didaktik.
- Pengembangan organisasi menggunakan suatu
model campur tangan riset tindakan.
- Pengembangan organisasi menekankan
pentingnya penentuan tujuan dan kegiatan perencanaan.
Tujuan Pengembangan Organisasi :
1. Menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf anggota
organisasi
2. Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka
3. Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi
4. Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan mengendalikan
diri
Sifat-sifat dasar Pengembangan
Organisasi :
a) Pengembangan Organisasi merupakan suatu strategi terencana dalam mewujudkan
perubahan organisasional, perubahan yang dimaksud harus mempunyai sasaran yang
jelas dan didasarkan pada suatu diagnosis yang tepat mengenai permasalahan yang
dihadapi oleh organisasi.
b) Pengembangan Organisasi harus berupa kolaborasi antara berbagai
pihak yang akan mengalami dampak perubahan yang akan terjadi, keterlibatan dan
partisipasi para anggota organisasi harus mendapat perhatian.
c) Program Pengembangan Organisasi menekankan cara-cara baru yang
diperlukan guna meningkatkan kinerja seluruh anggota organisasi.
d) Pengembangan Organisasi mengandung nilai-nilai humanistic dalam
arti bahwa dalam meningkatkan efektifitas organisasi, potensi manusia harus
menjadi bagian yang penting.
e) Pengembangan Organisasi menggunakan pendekatan kesisteman yang
berarti selalu memperhitungkan pentingnya inter relasi, interaksi dan inter
dependensi.
f) Pengembangan Organisasi menggunakan pendekatan ilmiah untuk
mencapai efektivitas organisasi
Karakteristik organisasi adalah
perilaku dan tingkah laku suatu badan/institusi terhadap kondisi yang ada
diluar institusi itu maupun didalam institusi itu sendiri, artinya dalam dunia
bisnisnya selalu fokus kepada pelanggannya yang bukan hanya dari luar
perusahaan itu tapi juga orang-orang di dalam perusahaan yang merupakan aset
perusahaan itu sendiri. (Maksudnya Masih jarang sebuah institusi itu menganggap
karyawannya berpotensi untuk jadi aset dan akhirnya kurang mendapat perhatian
dari perusahan itu sendiri), jadi semua mengarah kepada mutu yg ditentukan oleh
2 hal seperti yg tertulis sebelumnya.
Karakteristik Organisasi yang efektif adalah :
- Concern terhadap SDM dan memperlakukan SDM sebagai Aset yang berharga
- Program Training dan Pengembangan terbuka seluas-luasnya
- Program kompensasi terlaksana dengan baik
- Tingkat perputaran SDM rendah
- Top manajemen mempunyai komitmen dan mendukung terhadap perkembangan SDM
- Semua Team turut berpartisipasi dalam membuat kebijakan organisasi
Secara umum karakteristik pengembangan
organisasi :
a) Keputusan yang penuh pertimbangan maksudnya adalah suatu hasil
yang diperoleh berdasarkan strategi yang telah direncanakan dalam rangka
mewujudkan perubahan organisasional yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
b) Diterapkan pada semua sub-sistem manusia baik individu, kelompok,
dan organisasi maksudnya adalah menerapkan cara-cara baru yang diperlukan untuk
meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam
organisasi.
c) Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang
mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi maksudnya adalah menerima
segala bentuk campur tangan misalnya dalam bentuk pendapat, baik dari anggota
yang termasuk dalam sebuah organisasi atau berbagai pihak dari luar organisasi.
d) Kolaborasi maksudnya adalah kerjasama antara berbagai pihak yang
akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
e) Teori sebagai alat analisis maksudnya adalah menggunakan
pengertian yang disebutkan secara tertulis lalu diterapkan sebagai alat analisis
untuk mendapatkan suatu hasil yang memuaskan dari suatu pengembangan
organisasi.
f) Mengutamakan potensi manusia maksudnya adalah mengandung nilai
humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
g) Interaksi dan Interpendensi maksudnya adalah menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
h) Pendekatan Ilmiah maksudnya adalah menggunakan pendekatan ilmiah
dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Sumber:
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2144032-tujuan-dan-sifat-pengembangan-
organisasi/#ixzz1pKCUCTm7
Organisasi Masa Depan
Di era
globalisasi saat ini organisasi dituntut untuk terus menerus mempersiapkan
dirinya mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Pengalaman yang
dialami berbagai organisasi di Negara maju menunjukkan bahwa hanya organisasi
yang secara konsisten terus meningkatkan dirinya melalui pengembangan
organisasi yang dapat bertahan. Pengembangan organisasi merupakan proses
terencana untuk mengembangkan kemampuan organisasi dalam kondisi dan tuntutan
lingkungan yang selalu berubah, sehingga dapat mencapai kinerja yang optimal
yang dilaksanakan oleh seluruh anggota organisasi. Oleh karena itu dibutuhkan
perkembangan organisasi untuk mempertahankan kehidupan. organisasi dalam
menghadapi persaingan dan organisasi masa depan yang tidak terlalu mementingkan
eksistensi sebuah organisasi.
Dalam abad
duapuluh satu ini setiap organisasi akan dan harus menghadapi persaingan yang
semakin kompleks dan menantang, baik persaingan aktual maupun potensial, yang
aktual harus dihadapi dan yang potensial perlu diantisipasi. Dalam menghadapi
semua itu terdapat dua pendekatan yang mungkin diambil oleh suatu organisasi
yaitu :
1) Pendekatan
yang berbasis sumberdaya tangible, dan
2) Pendekatan
yang berbasis Sumberdaya manusia (intangible).
Organisasi yang menganggap bahwa
persaingan hanya bersifat fisik pendekatan pertama yang akan diambil, membina
universitas hanya berputar-putar dalam masalah yang nyata, karena memang inilah
yang paling bisa dilihat dan ditunjukan, namun bagi yang melihat persaingan ke
depan lebih mengarah pada persaingan pengetahuan, tanpa mengabaikan hal fisik,
maka pengembangan SDM akan menjadi prioritas, dan ini perlu komitmen yang kuat
karena time-response dari cara ini lama dan susah dilihat apalagi ditunjukan,
namun pendekatan ini sebenarnya akan sangat dirasakan dalam menyehatkan dan
mengembangkan suatu Organisasi menjadi organisasi pembelajar (learning
organization)
Para Pakar
berpendapat bahwa dalam era dewasa ini pandangan yang berbasis SDM nampaknya
lebih penting, mengingat persaingan yang terjadi justru ditentukan oleh
bagaimana sumberdaya manusia tersebut berperan dan berkreasi bagi kemajuan
organisasi, dan dalam konteks ini pendidikan menjadi salah satu faktor penting
dalam meningkatkan kemampuannya. Sumberdaya manusia / Human Capital merupakan
sumberdaya strategis, bertambah secara inkremental bukan alokatif, karena
merupakan sumberdaya yang berbasis pengetahuan (knowledge based resources)
yakni sumberdaya yang mencakup keterampilan, kemampuan, kapasitas serta
kapabilitas pembelajaran. Kapasitas dan kapabilitas tersebut pada gilirannya
akan dapat memupuk sumberdaya sosial yang juga amat diperlukan dalam bentuk
jaringan kerja baik internal maupun dengan pihak eksternal organisasi, ini
berarti networking juga menjadi hal yang penting dalam memenangkan persaingan.
Pengembangan Sumberdaya manusia merupakan prasyarat bagi pengembangan
organisasi, artinya tanpa hal itu orang bisa punya alasan untuk meyakini
kecilnya kemungkinan organisasi untuk tetap hidup dan bertahan dalam era
kompetisi. Dengan pemahaman seperti itu pertanyaannya adalah Apakah Lembaga
Saudara itu Organisasi ?, bagaimana ?, dan kemana?.
Tak ada yang menyangkal, begitu banyak
perubahan dan pembaharuan konsep-konsep manajemen belakangan ini. Selain konsep
reengineering (mendesain ulang proses bisnis), downsizing
(pengecilan jumlah karyawan), atau outsourcing (menyerahkan sebagian
proses bisnis ke lembaga lain), konsep organisasi horizontal (horizontal
organization), merupakan salah satu yang laris dibicarakan. Banyak pakar
manajemen yang mengatakan, inilah suatu bentuk blueprint bagi organisasi
di seluruh jagad dalam 50 tahun ke depan. Apa sesungguhnya organisasi
horizontal (OH) tersebut ? Bagaimana penerapannya dalam manajemen perubahan
sehari-hari?
Berbicara OH,
kita berarti membicarakan struktur organisasi. Selama lebih dari setengah abad,
perusahaan-perusahaan selalu menggunakan struktur organisasi hirarki fungsional
yang vertikal. Bentuk ini melekat terus di benak para pelaku dalam perusahaan
hingga tak pernah ada keinginan untuk merubahnya. Baru pada awal 90-an, dengan
pesatnya perkembangan teknologi sistem informasi, konsep organisasi horizontal
mulai dipikirkan orang, terutama setelah McKinsey & Co, kantor konsultan
manajemen ternama yang berpusat di AS, menyebut OH dengan istilah flat
organization. Menurut mereka, konsep-konsep yang berkembang seperti downsizing,
total quality management, hingga reengineering, akan mulus
berjalan jika struktur organisasi semakin pipih. Jadi, organisasi yang selama
ini vertikal dengan pengelolaan dari atas ke bawah, diubah menjadi lebih
mendatar. Hirarki, yang sering kali bertele-tele pada organisasi yang vertikal,
ditebas dengan mengkombinasikan pekerjaan yang berhubungan.
Di sisi lain, kita dapat menghapuskan batasan
antar departemen. Dengan cara ini, organisasi bisa lebih konsentrasi pada
proses inti (core process). Dalam organisasi ini, setiap orang dari
bagian yang berlainan bisa saling berpartisipasi, tanpa harus melewati
birokrasi yang tak perlu. Contoh sederhana, misalnya, pada proses pengelolaan
pelanggan yang ditangani bagian pemasaran. Biasanya dengan model vertikal yang
lama, proses ini melibatkan fungsi penjualan, penagihan, dan pelayanan. Ketiga
fungsi ini masing-masing dikepalai oleh seorang kepala bagian yang bertanggung
jawab terhadap seorang manajer. Dengan pemisahan-pemisahan ini, setiap fungsi
memiliki sasaran-saran sendiri yang kadang kala saling tumpang tindih. Bila
salah satu fungsi memiliki masalah, maka urusan pengambilan keputusannya akan
naik-turun (karyawan lini bawah-kepala bagian-manajer-direktur, dan
sebaliknya). Hal tersebut dapat membuat sasaran dari proses sesungguhnya, yakni
pengelolaan pelanggan, menjadi kabur. Akibatnya, konsumsi waktu dan biaya
menjadi membengkak. Dengan organisasi horizontal, pengelolaan masalah bisa
langsung pada prosesnya. Setiap bagian bisa turut berperan memberikan
kontribusinya bila ia memiliki ide yang layak. Manajemen puncak, bisa langsung
mendapatkan laporan dari manajer lini bawah tanpa harus melalui manajer lini
tengah.
Melalui penerapan organisasi ini, efisiensi
waktu dapat dioptimalkan. Contoh yang disampaikan sebelumnya baru pada bagian
tertentum belum pada bagian lain. Keuntungan lainnya adalah dihapusnya
batasan-batasan antar departemen. Artinya, bagian lain bisa turut ambil andil
sepanjang bisa melancarkan prosesnya.
Memang, menerapkan OH, berarti kita
memperlebar rentang kendali dari sebuah organisasi, karena itulah beberapa
syarat tertentu mutlak harus dimiliki organisasi. Paling tidak, bawahan harus
punya kemampuan tinggi-juga keberanian-untuk mengambil keputusan. OH hanya
berupa angan-angan bila SDM lini bawah tidak memiliki kemampuan yang tinggi.
Syarat lain, tentulah harus adanya perencanaan yang jelas (clarity of plan).
Bawahan, akan mempunyai banyak pertanyaan kepada atasannya bila tak ada
perencanaan yang jelas.
OH juta tak akan mulus bila tak didukung oleh
teknologi informasi (TI). Kalau mau jujur, memang TI-lah yang paling
berpengaruh pada hampir semua pengembangan konsep-konsep manajemen baru saat
ini, termasuk pada OH. Sebutlah misalnya Lotus. Notes, satu dari perangkat
lunak yang memungkinkan terciptanya OH, produk yang dikeluarkan Lotus
Development Corporation. Sebagai contoh, kita bisa kembali memperhatikan bagian
pemasaran. Tim pemasaran yang telah diberi otoritas dalam beberapa aktivitas
pemasaran bisa langsung mendiskusikan masalahnya di lapangan dengan atasannya.
Lotus Notes, produk yang mendapat predikat perangkat lunak workgroup
terbaik tahun lalu dari majalan PC World ini, menyediakan fasilitas sales
discussion. Katakanlah sasaran yang telah diberikan pada perencanaan
ternyata tak bisa dipenuhi oleh tim pemasaran. Atasan segera dengan cepat bisa
menginstruksikan ke mana sasaran itu harus dibelokkan. Jadi dengan perangkat
lunak ini – tentu juga dengan notebook lengkap dengan modem dan telepon
genggam- tim pemasaran bisa memiliki mobilitas yang tinggi. Mereka juga bisa
mengirimkan pesanan pembelian, memberikan data klien, berdiskusi harga dengan
manajer di manapun mereka berada. Bila perlu, manajer pemasaran bisa berdiskusi
langsung dengan manajer dari departemen lain, seperti manajer keuangan, lewat
layar monitor komputernya.
Contoh peran TI yang lain untuk menghadirkan
OH juga bisa dilihat dalam pengembangan produk. Dengan tekanan persaingan
lingkungan bisnis sekarang, tuntutan pengembangan produk baru sangat tinggi.
Kita bisa mengatakan, kemenangan bersaing sangat ditentukan oleh penciptaan dan
pengembangan produk/jasa baru. Kita dituntut untuk segera paham keinginan
konsumen dan langsung memberikan produk atau jasa ‘baru’ (atau sama sekali
baru) sebelum didahului pesaing. Itu artinya kita harus berpacu melawan waktu.
Padahal bisa saja tim pengembangan produk kita berada pada cabang-cabang yang
terpisah jauh secara geografis. Belum lagi secara internal, berbagai fungsi
yang berbeda di dalam perusahaan harus saling memberikan informasi guna
pengembangan tersebut. Dari mitra kerja, pemasok dan distributor pun informasi
tak boleh luput. Nah, IT, dengan perangkat lunak workgroup bisa
menyederhanakan proses yang sangat kompleks bila dilakukan secara hirarki
vertikal ini.
Dengan perangkat lunak workgroup pula
akan jelas informasi apa saja yang ada di setiap bagian bisa dimanfaatkan
dengan cepat. Sebutlah misalnya konsep-konsep saat manajer pengembangan produk
berdiskusi, disain-disain kerja, hasil uji coba produk, spesifikasi produk,
analisa risiko kerangka waktu kerja proyek. Yang lebih penting, semua anggota
tim dapat saling mengakses semua database ini kapan dan di mana saja mereka
perlukan. Masing-masing bisa mengkoreksi, memberikan catatan-catatan menambah
semua kertas kerja sesuai dengan kebutuhan.
Sekarang pertanyaannya, apakah hirarki
fungsional dapat diabaikan begitu saja? Agaknya, meski akan populer, namun OH
tak akan mungkin mengabaikan begitu saja fungsi-fungsi dalam bisnis. Jadi pada
organisasi-organisasi tertentuk ada bagian-bagian yang tak mudah untuk
‘dihorizontalkan’ begitu saja. Bisa dibayangkan betapa kacaunya fungsi keuangan
jika data-data pada direktur keuangan tersebut tersebar begitu saja. Atau
katakanlah organisasi semacam rumah sakit. Untuk yang satu ini, organisasi
masih membutuhkan fungsi spesialis atau bahkan fungsi superspesialis. Jadi tak
mungkin ada seorang dokter umum yang menangani sebuah kasus pembedahan otak,
misalnya.
Karena itu, penting pula mengenali
proses-proses bisnis yang terjadi dalam perusahaan kita. Bagi perusahaan yang
telah mapan dengan hirarki vertikal bisa dengan pelan-pelan menggiring
bagian-bagian tertentunya kepada OH. Tak mudah memang, namun, bila tak ingin
‘ketinggalan kereta’, guna menyongsong era OH, usaha itu harus dilakukan
sesegera mungkin. (dari berbagai sumber)
SUMBER :
http://www.stialanbandung.ac.id