Kamis, 26 Maret 2015

tugas softskill 1



Dede sumarni
31112780
3db10

SISTEM PEREDARAN UANG  YANG ADA DI INDONESIA


Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami peningkatan, rata-rata 11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut, di antaranya terjadi seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Domestik Rasio Bruto Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono mengatakan, peredaran uang keluar (outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek, dengan kontribusisekitar 30% lebih dari total outflow secara nasional.
    Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di wilayah Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar lain diIndonesia, seperti Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan jumlah outflow rata-rata berkisar antara Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “ Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober mencapaiRp 2,7 triliun. Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi ketimbang bulan biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.
    Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi masyarakat, korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan, pengalaman di tahun-tahun sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan outflow di akhir tahun. Peningkatan itu karena perayaan Natal dan Tahun Baru, diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan perusahaan, dan realisasi proyek pemerintah.
    “Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun atau meningkat 150% dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini, secara kumulatif bulan Januari-Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya. Dari jumlah tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang masyarakat dan perbankan. (Bud/Mel)

    Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.


Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
2.      Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat Intereste dan Output

Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)

     Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia. Namun demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85)

a.       bank-bank umum (atau sektor perbankan), dan
b.      masyarakat umum
    Jumlah uang beredar, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini tergantung dari kebutuhan perekonomian. Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi.
    JUB yang terlalu besar, seperti pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988 (Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang longgar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi (overheated), yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah tersebut oleh Bank Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per tahun. Dan hal ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.


Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)

 Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:
1.      jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2.      uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).
    Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).
    Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.
Uang Primer atau Uang Inti (M0)
    Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta (perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia.
    Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari uang primer.
Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)
    Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.
    Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)
    Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
    Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan likuiditas perekonomian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar.

    Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)

1.      Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan terhadap jumlah uang beredar.

2.      Keadaan APBN (surplus atau defisit);
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.

3.      Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.

4.      Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.
Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.


     Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.

Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank Indonesia dan Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:
a.       kebijakan moneter; dan
b.      fiskal.

·         Kebijakan Moneter
    Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.       Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi:

a.       Poltik Pasar Terbuka
    BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.

b.      Politk Diskonto dan bunga pinjaman.
    BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.

c.       Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI
    Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.


2.       Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:

a.       Pengawasan pinjaman secara selektif
    Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank-bank umum, agar bank-bank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.

b.      Pembujukan moral
    Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta bank-bank umum untuk menambah atau mengurangi pinjaman di semua sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja. Ataupun membuat perubahan-perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.

·         Kebijakan Fiskal (Pajak)
    Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak. Apabila pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti akan lebih banyak uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang beredar menjadi berkurang. Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999 sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.
Tabel Jumlah Uang Beredar





Akhir Periode
Uang Kartal
Uang Giral
Jumlah (M1)
Uang Kuasi
Surat Berharga Selain Saham
Jumlah (M2)

2012














Januari
286.242

410.082

696.323

2.145.246

13.409

2.854.978


Februari
280.103

403.150

683.253

2.150.808

15.735

2.849.796


Maret
287.046

427.212

714.258

2.182.891

14.771

2.911.920


April
290.861

430.064

720.924

2.190.885

15.450

2.927.259


Mei
294.768

454.682

749.450

2.227.527

15.081

2.992.057


Juni
314.670

464.746

779.416

2.254.329

16.610

3.050.355


Juli
315.375

456.417

771.792

2.270.112

12.932

3.054.836


Agustus
327.059

445.370

772.429

2.304.474

12.108

3.089.011


September
325.566

469.952

795.518

2.318.559

11.457

3.125.533


Oktober
332.842

448.864

781.706

2.375.380

10.640

3.167.726

2011














Januari
247.481

356.688

604.169

1.822.268

10.242

2.436.679


Februari
245.327

340.563

585.890

1.823.771

10.530

2.420.191


Maret
241.618

338.984

580.601

1.862.788

7.968

2.451.357


April
252.013

332.621

584.634

1.841.377

8.468

2.434.478


Mei
254.066

357.725

611.791

1.853.915

9.580

2.475.286


Juni
261.504

374.702

636.206

1.876.446

10.131

2.522.784


Juli
275.437

364.251

639.688

1.914.444

10.424

2.564.556


Agustus
324.725

338.081

662.806

1.943.770

14.770

2.621.346


September
279.224

376.872

656.096

1.973.573

13.663

2.643.331


Oktober
281.341

383.659

665.000

1.999.733

12.472

2.677.205


November
279.066

388.521

667.587

2.047.205

14.746

2.729.538


Desember
307.760

415.231

722.991

2.139.840

14.388

2.877.220

2010

260.227

345.184

605.411

1.856.720

9.075

2.471.206


Januari
211.811

284.716

496.527

1.570.059

7.274

2.073.860


Februari
211.708

278.376

490.084

1.568.632

7.765

2.066.481


Maret
205.083

289.378

494.461

1.611.373

6.249

2.112.083


April
211.390

283.327

494.718

1.615.203

6.103

2.116.024


Mei
214.695

299.310

514.005

1.622.981

6.248

2.143.234


Juni
222.828

322.577

545.405

1.680.374

5.365

2.231.144


Juli
228.239

311.507

539.746

1.672.443

5.400

2.217.589


Agustus
241.166

314.328

555.495

1.676.517

4.448

2.236.459


September
229.825

320.117

549.941

1.720.039

4.975

2.274.955


Oktober
235.709

319.840

555.549

1.747.976

5.321

2.308.846


November
238.500

332.837

571.337

1.769.654

6.816

2.347.807


Desember
260.227

345.184

605.411

1.856.720

9.075

2.471.206

2009

226.006

289.818

515.824

1.622.055

3.504

2.141.384

2008

209.747

247.040

456.787

1.435.772

3.279

1.895.839

2007

182.967

267.089

450.055

1.196.119

3.487

1.649.662

2006

150.654

196.359

347.013

1.032.865

2.615

1.382.493

2005

123.991

147.149

271.140

929.343

2.280

1.202.762

2004

109.028

136.918

245.946

785.261

2.670

1.033.877

2003

94.333

119.451

213.784

728.788

1.794

944.366



















PEMBAHASAN


Jumlah uang beredar merupakan bagian dari ekonomi moneter yang berpengaruh besar pada perekonomian indonesia. Sesuai  judul makalah ini, pembahasan meliputi kebijakan moneter pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar, dan peningkatan uang beredar untuk efek jangka pendek dan jangka panjang pada tingkat intereste dan output.

Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar   
    Ada 2 kebijakan moneter yaitu:

·         Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang beredar
·         Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar atau disebut juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)
 Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :
  • Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah
  • Diskonto
Diskonto adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga sentral pada bank umum
  • Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemeritah 
          

Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat Intereste dan Output
Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga turun sebagai uang fluktuasi permintaan mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan demikian harga dan tingkat pengembalian obligasi.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.

Dalam jangka panjang hal itu akan tergantung pada apakah peningkatan jumlah uang beredar dianggap permanen atau sementara. Kecuali perubahan adalah efek permanen dalam jangka panjang tidak akan terasa. Jika perubahan IS permanen, berikut akan terjadi:

- Seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar, efek jangka pendek yang dijelaskan di atas akan berarti output yang didorong di atas permukaan alamnya.

- Namun, sebagai output berada di atas tingkat alamiah, ini berarti bahwa para pekerja dan mesin bekerja lembur

- Ini meningkatkan biaya perusahaan sebagai pekerja menuntut upah yang lebih tinggi, mesin memerlukan perawatan lebih dll ..

- Seperti meningkatkan biaya, begitu juga harga

- Dengan kenaikan harga, permintaan agregat ditekan ke bawah

- Seperti kenaikan harga dalam jangka panjang, jumlah uang beredar riil juga berkurang dari waktu ke waktu

Sangat menarik untuk dicatat perilaku nilai tukar di sini. Dalam jangka pendek meningkat karena peningkatan jumlah uang beredar, tetapi kemudian menurun dalam jangka panjang sebagai pasokan uang riil berkurang oleh kenaikan harga dari waktu ke waktu. Namun itu tidak akan kembali ke level aslinya. Ini akan lebih tinggi dengan persentase yang sama seperti jumlah uang beredar telah meningkat.



Kesimpulan

    Tidak ada subjek lain di bidang ekonomi telah dipelajari lagi atau lebih intensif daripada masalah uang. Hasilnya adalah jumlah unga beredar sangat berpengaruh besar pada perekonomian dan peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka panjang atau jangka pendek sangat mepengaruhi perekonomian secara langsung dan kebijakan moneter pemerintah yang dapat menstabilkan jumlah uang beredar untuk menjaga perekonomian agar tetap berjalan baik

Saran

    Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat yang besar bagi kita semua.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar